Halaman

Kamis, 09 Januari 2014

Kritik dan Humor dalam Layanan Publik


Sumber : Kemendikbud
Kalian telah belajar mengemukakan
pendapat di ruang publik pada pelajaran
terdahulu. Pada pelajaran ini kalian
diharapkan mengetahui lebih jauh bahwa
ruang publik berisi berbagai kegiatan
layanan publik atau layanan umum untuk
mengupayakan pemenuhan kebutuhan
masyarakat dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Layanan publik itu diatur oleh Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik. Dalam undang-undang
itu, istilah yang digunakan untuk layanan
publik adalah pelayanan publik. Pada
pelajaran ini, kedua istilah itu digunakan
secara bergantian.Untuk mendapatkan
pemahaman tentang pelayanan publik,
marilah kita cermati terlebih dahulu
beberapa pengertian berikut ini. Perhatikan
bagian yang dicetak tebal. Kata-kata itu
merupakan kata-kata kunci dalam
pembicaraan tentang layanan publik.
(1) Pelayanan publik merupakan kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
(2) Penyelenggara pelayanan publik atau
Penyelenggara merupakan setiap
institusi penyelenggara negara,
korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan undang-undang
untuk kegiatan pelayanan publik dan
badan hukum lain yang dibentuk
semata-mata untuk kegiatan pelayanan
publik.
(3)  Pelaksana pelayanan publik atau
Pelaksana merupakan pejabat, pegawai,
petugas, dan setiap orang yang bekerja
di dalam organisasi penyelenggara yang
bertugas melaksanakan tindakan atau
serangkaian tindakan pelayanan publik.
(4) Masyarakat merupakan seluruh pihak,
baik warga negara atau penduduk sebagai
orang-perseorangan, kelompok maupun
badan hukum yang berkedudukan sebagai
penerima manfaat pelayanan publik, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
(Diolah dari http://prokum.esdm.go.id/
uu/2009/UU%2025%202009.pdf )
Layanan publik sering mendapatkan kritik
atau menjadi bahan lelucon yang membuat
gelak tawa. Kritik atau lelucon itu dapat
disampaikan melalui anekdot. Pada
pelajaran ini, kalian akan diajak untuk
menyelami bahasa dalam anekdot yang
digunakan untuk menyampaikan kritik atau
lelucon di bidang layanan publik. Bidang-
bidang yang tercakup dalam layanan publik
amat luas, antara lain hukum, sosial,
politik, budaya, pendidikan, lingkungan,
administrasi, dan transportasi. Akan tetapi,
tidak semua bidang itu akan dibicarakan
pada pelajaran ini.
Anekdot ialah cerita singkat yang menarik
karena lucu dan mengesankan, biasanya
mengenai orang penting atau terkenal dan
berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Ada
pengertian lain bahwa anekdot dapat
merupakan cerita rekaan yang tidak harus
didasarkan pada kenyataan yang terjadi di
masyarakat. Yang menjadi partisipan atau
pelaku di dalamnya pun tidak harus orang
penting. Selain itu, teks anekdot juga dapat
berisi peristiwa-peristiwa yang membuat
jengkel atau konyol bagi partisipan yang
mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol
seperti itu merupakan krisis yang
ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan
antara nyaman dan tidak nyaman, puas dan
frustrasi, serta tercapai dan gagal. Selama
pelajaran ini berlangsung, kalian diminta
untuk melakanakan tugas tambahan
membaca buku. Carilah buku yang berisi
kritik dan humor mengenai layanan publik.
Bacalah buku itu dan tuliskanlah hasil baca
buku kalian.
Di bawah ini teks anekdot yang akan kita
jadikan pembicaraan berkenaan dengan
layanan publik di bidang hukum, sosial,
politik, dan lingkungan. Kalian diharapkan
dapat memahami teks anekdot dan dapat
memanfaatkannya sebagai sarana untuk
menyampaikan kritik terhadap persoalan-
persoalan pada bidang layanan tersebut.
Untuk itu, kerjakanlah tugas-tugas yang
diberikan sesuai dengan petunjuk.
Bacalah teks yang berjudul “KUHP dalam
Anekdot” berikut ini. Sebelum membacanya,
kerjakanlah beberapa tugas berikut ini
sesuai dengan petunjuk. Apabila ada
pertanyaan yang belum terjawab, tinggalkan
terlebih dahulu, lalu kembalilah ke
pertanyaan tersebut setelah kalian
membaca teksnya!
(1) Teks anekdot mengandung unsur lucu.
Betulkah setiap cerita lucu dapat
digolongkan ke dalam anekdot?
(2) Lawak juga mengandung unsur lucu.
Apakah teks anekdot sama dengan teks
lawak?
Kalian diharapkan dapat memahami teks
anekdot dan dapat memanfaatkannya
sebagai sarana untuk
menyampaikan kritik terhadap persoalan-
persoalan pada bidang-bidang layanan
tersebut. Layanan publik sering
mendapatkan kritik atau menjadi bahan
lelucon. Kritik atau lelucon itu dapat
disampaikan melalui anekdot.
(3) Siapakah yang biasanya menjadi tokoh
atau partisipan dalam anekdot? Apakah
tokoh atau partisipan yang dimaksud harus
selalu orang yang terkenal?
(4) Di media apa sajakah teks anekdot
ditemukan? Sebutkan jenis medianya dan
contoh anekdot yang dimaksud!
(5) Contoh anekdot berikut ini terjadi di
bidang hukum. Di bidang apa sajakah
kalian dapat menemukan teks anekdot?
1   Seorang dosen fakultas hukum suatu
universitas sedang memberikan kuliah
hukum pidana. Suasana kelas biasa-biasa
saja.
2   Saat sesi tanya-jawab tiba, Ali bertanya
kepada pak dosen. “Apa kepanjangan
KUHP, Pak?” Pak dosen tidak menjawab
sendiri, melainkan melemparkannya kepada
Ahmad. “Saudara Ahmad, coba dijawab
pertanyaan Saudara Ali tadi,” pinta pak
dosen. Dengan tegas Ahmad menjawab,
“Kasih Uang Habis Perkara, Pak …!”
3   Mahasiswa lain tentu tertawa,
sedangkan pak dosen hanya menggeleng-
gelengkan kepala seraya menambahkan
pertanyaan kepada Ahmad, “Saudara
Ahmad, dari mana Saudara tahu jawaban
itu?” Dasar Ahmad,
pertanyaan pak dosen dijawabnya dengan
tegas, “Peribahasa Inggris mengatakan
pengalaman adalah guru yang terbaik, Pak
…!” Semua mahasiswa di kelas itu
tercengang. Mereka berpandang-
pandangan. Lalu,
mereka tertawa terbahak-bahak.
4   Gelak tawa mereda. Kelas kembali
berlangsung normal.
(Diadaptasi dari http://
fuadusfa4.blogspot.com/2010/02/anekdot-
hukum.html)
Setelah kalian membaca teks “KUHP dalam
Anekdot”, jawablah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini!
(1) Apakah yang membuat teks tersebut
digolongkan ke dalam teks anekdot?
(2) Ciri-ciri apa sajakah yang menandai
teks anekdot?
(3) Siapakah partisipan yang digambarkan
dalam anekdot itu? 113 Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik
(4) Apakah cerita pada anekdot itu betul-
betul terjadi atau hanya rekaan?
(5) Seandainya cerita itu betul-betul
terjadi, beranikah mahasiswa menjawab
pertanyaan dosennya dengan tidak serius?
(6) Singkatan KUHP pada anekdot di atas
dipelesetkan. Apakah maksud dan pesan
teks yang dikandung?
(7) Diskusikan secara berkelompok siapa
sebenarnya yang dikritik lewat sindiran
dalam teks tersebut!
(8) Apakah sindiran itu sampai kepada
yang dituju?
(9) Tunjukkan unsur lucu atau konyol yang
terdapat di dalam teks tersebut.
(10) Jelaskan reaksi yang terjadi pada diri
dosen dan pada diri mahasiswa.
Kerjakanlah tugas-tugas berikut ini sesuai
dengan petunjuk yang diberikan!
(1) Identifikasilah struktur teks anekdot
yang telah kalian baca tersebut.
Bandingkan hasilnya dengan struktur
teks berikut ini yang meliputi
abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda!
Koda Kelas kembali berlangsung normal
(paragraf 4).
Reaksi
Mahasiswa tercengang dan tertawa,
sedangkan dosen menggeleng-gelengkan
kepala (paragraf 3).
Krisis
KUHP dipelesetkan menjadi “Kasih Uang
Habis
Perkara” (paragraf 2).
Orientasi Suasana kelas biasa-biasa saja
(paragraf 1).
Abstraksi
Seorang dosen memberikan kuliah Hukum
Pidana (paragraf 1).
(2) Apakah abstraksi itu sama dengan
pembukaan? Berfungsi sebagai apakah
abstraksi itu?
(3) Apakah orientasi berfungsi untuk
membangun konteks perkuliahan?
(4) Seandainya krisis dimaknai sebagai
saat terjadinya ketidakpuasan atau
kejanggalan, ketidakpuasan atau
kejanggalan tentang apa yang dimaksud?
(5) Setujukah kalian reaksi itu berkenaan
dengan tanggapan yang diberikan oleh
mahasiswa atau dosen tentang pelesatan
KUHP itu?
(6) Berikan penjelasan seandainya kalian
tidak setuju bahwa koda sama dengan
penutup. Pikirkan bahwa penutup
menggambarkan situasi yang seimbang
dengan situasi pada orientasi.
Bacalah teks “Anekdot Hukum Peradilan”
berikut ini dan kerjakan tugas-tugas yang
diminta!
1 Pada zaman dahulu di suatu negara
(yang pasti bukan negara kita) ada seorang
tukang pedati yang rajin
dan tekun. Setiap pagi dia membawa
barang dagangan ke pasar dengan
pedatinya. Suatu pagi dia melewati
jembatan yang baru dibangun. Namun
sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk
jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya,
tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda
beserta dagangannya hanyut.
2 Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak
terima karena mendapat kerugian gara-gara
jembatan yang rapuh. Kemudian, mereka
melaporkan kejadian itu kepada hakim
untuk mengadukan si Pembuat Jembatan
agar dihukum dan Sumber: http://
www.golddinarjameela.com/2012/03/ber-
muammalah-dengan-timbangan-yang.html
Gambar 4.2 Timbangan sebagai simbol
keadilan115 Bahasa Indonesia Ekspresi Diri
dan Akademik
memberi uang ganti rugi. Zaman dahulu
orang dapat melapor langsung ke hakim
karena belum ada polisi.
3 Permohonan keluarga si Tukang Pedati
dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat
Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat
Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia
menimpakan kesalahan kepada tukang kayu
yang
menyediakan kayu untuk bahan jembatan
itu. Kemudian, hakim memanggil si Tukang
Kayu.
4 Sesampainya di hadapan hakim, si
Tukang Kayu bertanya kepada hakim, “Yang
Mulia Hakim, apa kesalahan hamba
sehingga hamba dipanggil ke persidangan?”
Yang Mulia Hakim menjawab, “Kesalahan
kamu sangat
besar. Kayu yang kamu bawa untuk
membuat jembatan itu ternyata jelek dan
rapuh sehingga menyebabkan seseorang
jatuh dan kehilangan pedati beserta
kudanya. Oleh karena itu, kamu harus
dihukum dan mengganti
segala kerugian si Tukang Pedati.” Si
Tukang Kayu membela diri, “Kalau itu
permasalahannya, ya, jangan salahkan
saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang
menjual kayu yang jelek.” Yang Mulia
Hakim berpikir, “Benar juga apa
yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si
Penjual Kayu inilah yang menyebabkan
tukang kayu membawa kayu yang jelek
untuk si Pembuat Jembatan.” Lalu, hakim
berkata kepada pengawalnya, “Hai
pengawal, bawa si Penjual Kayu
kemari untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya!” Pergilah si Pengawal
menjemput si Penjual Kayu.
5 Si Penjual Kayu dibawa oleh pengawal
tersebut ke hadapan hakim. “Yang Mulia
Hakim, apa kesalahan hamba sehingga
dibawa ke sidang pengadilan ini?” kata si
Penjual Kayu. Sang Hakim menjawab,
“Kesalahanmu sangat
besar karena kamu tidak menjual kayu yang
bagus kepada si Tukang Kayu
sehingga jembatan yang dibuatnya tidak
kukuh dan menyebabkan seseorang
kehilangan kuda dan barang dagangannya
dalam pedati.”  Si Penjual Kayu menjawab,
“Kalau itu permasalahannya, jangan
menyalahkan saya. Yang salah pembantu
saya. Dialah yang menyediakan beragam
jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah
memberi kayu yang jelek kepada si Tukang
Kayu
itu.” Benar juga apa yang dikatakan si
Penjual Kayu itu. “Hai pengawal bawa si
Pembantu ke hadapanku!” Maka si
Pengawal pun menjemput si Pembantu.
6 Seperti halnya orang yang telah
dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si
Pembantu pun bertanya kepada hakim
perihal kesalahannya. Sang Hakim memberi
penjelasan tentang kesalahan si Pembantu
yang menyebabkan
tukang pedati kehilangan kuda dan
dagangannya sepedati. Si Pembantu tidak
secerdas tiga orang yang telah dipanggil
terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa
memberi alasan yang memuaskan sang
Hakim. Akhirnya, sang
Hakim memutuskan si Pembantu harus
dihukum dan memberi ganti rugi.
Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal,
“Hai, Pengawal, masukkan si Pembantu ini
ke penjara dan sita semua uangnya
sekarang juga!”
7 Beberapa menit kemudian, sang Hakim
bertanya kepada si Pengawal, ”Hai,
Pengawal apakah hukuman sudah
dilaksanakan?” Si Pengawal menjawab,
”Belum, Yang Mulia, sulit sekali untuk
melaksanakannya.” Sang Hakim
bertanya, “Mengapa sulit? Bukankah kamu
sudah biasa memenjarakan dan menyita
uang orang?” Si Pengawal menjawab, “Sulit,
Yang Mulia. Si Pembantu badannya terlalu
tinggi dan gemuk. Penjara yang kita punya
tidak
muat karena terlalu sempit dan si
Pembantu itu tidak punya uang untuk
disita.” Sang Hakim marah besar, “Kamu
bego amat! Gunakan dong akalmu, cari
pembantu si Penjual Kayu yang lebih
pendek, kurus, dan punya uang!”
Kemudian, si Pengawal mencari pembantu
si Penjual Kayu yang lain yang berbadan
pendek, kurus, dan punya uang.
8 Si Pembantu yang berbadan pendek,
kurus, dan punya uang bertanya kepada
hakim, “Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa
kesalahan hamba sehingga harus
dipenjara?” Dengan entengnya sang Hakim
menjawab, “Kesalahanmu adalah pendek,
kurus, dan punya uaaaaang!!!!”
9 Setelah si Pembantu yang berbadan
pendek, kurus, dan punya uang itu
dimasukkan ke penjara dan uangnya disita,
sang Hakim bertanya kepada khalayak
ramai yang menyaksikan pengadilan
tersebut, ”Saudara-saudara
semua, bagaimanakah menurut pandangan
kalian, peradilan ini sudah adil?”
Masyarakat yang ada serempak menjawab,
“Adiiill!!!” (Diadaptasi dari http://
politik.kompasiana.com/2009/11/30/
anekdot-peradilan-20551.html)
(1) Teks anekdot itu panjang, tetapi
struktur teksnya sederhana dan sama
dengan struktur teks anekdot sebelumnya.
Struktur teks itu adalah
abstraksi^orientasi^krisis^reaksi^koda.
Untuk mengidentifikasi struktur teks anekdot
tersebut, lengkapilah titik-titik pada
diagram berikut ini dengan hanya
menuliskan satu atau dua kalimat pendek.
Sertakan juga nomor paragraf tempat
kalimat-kalimat tersebut berasal.
Koda
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Reaksi
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Krisis
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Orientasi
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
Abstraksi
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ..... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(2) Partisipan yang terlibat pada
anekdot tersebut adalah partisipan
manusia, seperti yang mulia hakim.
Partisipan manusia yang lain adalah:
(a) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ...
(b) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ...
(c) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ...
(d) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ...
(e) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ...
(f)  ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ... .
(3) Dalam teks anekdot itu tidak terdapat
unsur lucu, tetapi menggambarkan
kekonyolan bahwa orang yang tidak
bersalah dihukum dan dimasukkan ke
penjara. Mengapa si Pembantu yang kurus
dan pendek dihukum dan dipenjara, tetapi si
Pembantu yang gemuk dan tinggi tidak?
4)  Dalam teks anekdot itu terkandung
sindiran, yaitu keputusan yang tidak adil
dikatakan adil. Siapa yang disindir?
(5) Betulkah sindiran itu dapat
diungkapkan dengan pengandaian? Salah
satu pengandaian yang ditemukan dalam
teks anekdot di atas adalah bahwa
peradilan itu dilaksanakan di suatu negara,
bukan di negara kita. Pengandaian yang
lain adalah:
(a) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...  .
.. ... ... ...
(b) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .
.. ... ...
(c) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... . .
.. ... ...
(d) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ...
(6) Betulkah sindiran itu dapat
diungkapkan dengan lawan kata
(antonim)? Dua contoh lawan kata yang
digunakan pada anekdot tersebut adalah
adil–tidak adil dan benar–salah.
Maksudnya adalah bahwa sesuatu yang
tidak adil dikatakan sebagai sesuatu
yang adil dan sesuatu yang salah
dikatakan sebagai sesuatu yang benar
atau sebaliknya. Contoh lawan kata yang
lain adalah sebagai berikut.
(a) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ......
... ... ...
(b) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... . ... ... ... ... ... ... ... ..... ..
. ... ... ...
(c) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ...
(d) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
(7) Dalam anekdot tersebut terkandung
konjungsi lalu untuk menyatakan urutan
peristiwa. Konjungsi yang berfungsi
sejenis dengan itu adalah sebagai berikut.
(a) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ...
(b) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
(c) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... . ... ... ... ... ... ... ... ..... ... ... ... ...
... ... ...
(d) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . ... ... ...
(8) Dalam anekdot itu terkandung
konjungsi maka untuk menyatakan akibat
perbuatan yang dilakukan oleh seorang
tersangka. Konjungsi yang berfungsi
sejenis dengan itu adalah:
(a) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ...
(b) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ...
(c) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ...
(d) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ...
(9) Fungsi konjungsi dapat digantikan
oleh kata-kata. Sebagai contoh,
konjungsi setelah dapat diungkapkan
dengan sesampainya di hadapan hakim
(paragraf 4). Kata-kata lain seperti itu
pada teks anekdot itu adalah:
(a) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ...
(b) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ...
(c) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .
.. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ...
(d) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
. ... ... ...
(10) Dari teks anekdot tersebut, dapatkah
kalian menyimpulkan bahwa orang yang
tidak dapat berdebat di sidang pengadilan
akan kalah? Tunjukkan buktinya pada teks
anekdot tersebut. Apakah keadaan itu
menggambarkan bahwa layanan publik di
bidang hukum belum bagus?
Bacalah teks “Anekdot Hukum Peradilan”
tersebut sekali lagi, kemudian kerjakanlah
tugas-tugas berikut ini!
(1) Buatlah dialog berdasarkan teks
anekdot tersebut.
Teruskan formulasi yang telah dibuat untuk
kalian berikut ini.
Keluarga pemilik pedati: Yang Mulia Hakim,
saya tidak terima keluarga saya kehilangan
pedati beserta kuda dan dagangan di
dalamnya karena jembatan yang dilalui
roboh. Pembuat jembatan itu itu harus
dihukum.
Yang mulia hakim: … … … … … … … … … … … …
… … … … …… … … … … … …
Pembuat jembatan: … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
Yang mulia hakim: … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
Tukang kayu : … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
… … … … … … … … …
Yang mulia hakim: … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … …
Pembantu tinggi dan besar: … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … …
Yang mulia hakim: … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … …
Pembantu tinggi dan besar: … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … …… … … … … …

Yang mulia hakim: … … … … … … … … … … … …
… … … … …… … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
Pengawal : … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … …
Yang mulia hakim: … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
Pembantu pendek dan kurus: … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … …
Pengawal : … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … …… … … … … … …
… … … … … … … … …
Yang mulia hakim: Saudara-saudara,
apakah hukuman penjara untuk pembantu
pendek, kurus, dan punya uang tadi adil?
Masyarakat : Sangat adil, Yang Mulia
Hakim.
(2) Ceritakan ulang dengan bahasa
kalian sendiri isi teks anekdot tersebut.
Teruskan formulasi berikut ini yang telah
dibuat untuk kalian. Seorang kerabat si
Tukang Pedati mengadukan seorang
pembuat jembatan kepada yang mulia
hakim karena jembatan yang dibuatnya
runtuh yang menyebabkan si Tukang
Pedati terjatuh ke sungai dan kehilangan
pedati beserta barang dagangannya. Si
Pembuat Jembatan disalahkan karena
kayu untuk bahan jembatan itu tidak
kuat dan menyebabkan jembatan runtuh.
… … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … ……… … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … …… … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … …
… … … … …… … … … … … … … … … … … … …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar